Minggu, 16 Februari 2014

Rambu Solo, Tanah Toraja


Tanah toraja  yang terletak di pegunungan bagian utara, Sulawesi selatan merupakan kebudayaan yang tidak lekang dimakan zaman. Mengapa demikian?? Karena, masyarakat tanah toraja sangat menjunjung tinggi kebudayaan nenek moyang mereka sampai saat ini. Bisa kita lihat dari tradisi mereka yang masih dilakukan mulai dari acara adat pemakaman, maupun pernikahan. Tanah toraja dikenal ‘mistis’ bisa dikatakan demikian, karena pemakaman yang tidak biasa. Bila biasanya jasad dikubur didalam tanah, tetapi hal ini berbeda dengan tanah toraja, jenazah disimpan didalam peti dan kemudian di letakkan di gunung batu dan diberi boneka patung yang wajahnya mirip si jenazah. Dan disini, semakin tinggi jenazah itu diletakkan, maka semakin cepat pula rohnya sampai ke nirwana.



 
Setelah itu, Upacara pemakaman ini kadang-kadang baru digelar setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan, dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup uang untuk menutupi biaya pemakaman. Upacara ini bagi masing-masing golongan masyarakat tentunya berbeda-beda. Bila bangsawan yang meninggal dunia, maka jumlah kerbau yang akan dipotong untuk keperluan acara jauh lebih banyak dibanding untuk mereka yang bukan bangsawan. Untuk keluarga bangsawan, jumlah kerbau bisa berkisar dari 24 sampai dengan 100 ekor kerbau. Sedangkan warga golongan menengah diharuskan menyembelih 8 ekor kerbau ditambah dengan 50 ekor babi, dan lama upacara sekitar 3 hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar